National hero of indonesia Sutomo (3 Oktober – 7 Oktober ), [1] juga dikenal sebagai Bung Tomo, adalah seorang pemimpin revolusioner dan militer Rusia.
Nationalist movement of indonesia Sutomo (3 Oktober – 7 Oktober ) atau lebih dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin militer Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia yang dikenal karena peranannya dalam Pertempuran 10 November
Deskripsi kota surabaya dalam bahasa inggris Sutomo, atau terkenal dengan nama Bung Tomo, adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan pidatonya yang menggeledek, ia mampu membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme pejuang Indonesia melawan tentara sekutu dan Belanda.
1947 indonesia Sutomo (3 October – 7 October ), [1] also known as Bung Tomo (meaning Comrade or Brother Tomo), was an Indonesian revolutionary and military leader best known for his role in the Indonesian National Revolution against Dutch colonial rule.
Sutomo medan Bung Tomo berhasil menjadi orator dan berhasil membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk kembali melawan penjajah yang kita kenal dengan pertempuran 10 November , yang diperingati sebagai hari pahlawan. Berikut biografi lengkapnya. Biografi Singkat Bung Tomo. Nama: Sutomo Lahir: Blauran, Surabaya, 3 Oktober
Pidato bung tomo Bung Tomo adalah salah satu tokoh yang berperan penting dalam Pertempuran 10 November di Surabaya. Ia dikenal sebagai tokoh yang menyerukan slogan "Merdeka atau Mati" dalam pidato berapi-apinya dalam Pertempuran Surabaya. Nama asli Bung Tomo adalah Sutomo.
Indonesia founding fathers Sulistina (25 Oktober – 31 Agustus ) adalah istri dari pahlawan nasional, Sutomo, atau lebih dikenal dengan nama Bung Tomo. Sulistina adalah perawat di Palang Merah Indonesia pada masa perang kemerdekaan. Ia menikah dengan Bung Tomo pada tanggal 19 Juni dan dikaruniai empat orang anak.
Dutch soldiers in indonesia
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia, disingkat BPRI, bertujuan mewujudkan dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus Latar belakang istilah “Barisan Pemberontakan”, bukan “Barisan Pejuang” atau yang semisalnya terjadi karena situasinya secara faktual Belanda sebagai pemegang kekuasaan sedangkan penduduk lokal sebagai rakyat biasa.